Sakit dan kemiskinan adalah dua hal yang memiliki keterkaitan
satu sama lain. Sebelum membahas hubungan antara sakit dan kemiskinan, sebaiknya
kita mengetahui pengertian sakit dan kemiskinan.
Semua orang pasti pernah merasakan sakit. Nah, apa itu sakit?
Sakit adalah persepsi seseorang bila
merasa kesehatannya terganggu. Sakit (illness) berkaitan dengan gangguan psikososial yang dirasakan
manusia. Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran
terhadap orang yang dipengaruhinya.
Selain mengetahui apa yang dimaksud dengan sakit dan penyakit,
kita juga perlu mengetahui apa itu sehat, sehingga kita dapat membandingkan perbedaan
sehat dan sakit. Menurut World Health
Organization (WHO), sehat adalah “a state
of complete physical, mental dan social well-being and not merely the absence
of disease or infirmity”. Berdasarkan
UU RI No. 36 Tahun 2009, Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
Sekarang kita beralih
pada kemiskinan. Kemiskinan adalah
keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global.
Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan
dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
- Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
- Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
- Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Dalam ilmu ekonomi, kemiskinan dikelompokan dalam dua kategori, yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak
terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran
absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup
menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk
laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut
sebagai hidup dengan
pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan relatif untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dengan batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia
mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang di dunia mengonsumsi kurang dari
$2/hari." Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan
ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001. Melihat pada
periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis
kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga
mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut. Kemiskinan
juga dapat di artikan sebagai rendahnya tingkat ekonomi seseorang atau
komunitas.
Baik situasi ekonomi setempat maupun
nasional dapat memengaruhi kesehatan komunitas melalui penurunan layanan
kesehatan dan komunitas melalui penurunan layanan kesehatan dan sosial.
Penurunan kondisi ekonomi berarti bahwa pemasukan pajak yang rendah akan
diterapkan pada program-program seperti dana, sosial, kupon makanan, dan
layanan kesehatan masyarakat. Kondisi ini muncul akibat penurunan pendapatan
yang menyebabkan lembaga-lembaga melakukan pemotongan anggaran. Dengan dana
yang lebih sedikit, lembaga itu harus mengubah aturan kelayakan yang seharusnya
dengan membatasi bantuan hanya untuk individu yang benar-benar membutuhkan. Tampaknya,
banyak masyarakat yang sebelum penurunan kondisi ekonomi layak diberi bantuan
menjadi tidak layak.
Majikan biasanya semakin kesulitan untuk memberikan kemudahan
kesehatan bagi karyawannya saat pendapatan mereka menurun. Penganggur atau
pekerja serabutan berhadapan dengan kemiskinan dan kesehatan yang memburuk.
Dengan begitu, efek keseluruhan dari penurunan kondisi ekonomi akan memberikan
dampak yang signifikan pada kesehatan manusia.
Baik di Amerika Serikat maupun di Eropa Barat, kesenjangan
antara status kesehatan dan kematian antara mereka yang menguasai dan yang
tidak menguasai kekuatan ekonomi dan sumber daya sosial semakin melebar. Tren
bersamaan itu—semakin berkembangnya ketidakadilan ekonomi dan ketidakadilan
sosial dalam kesehatan—mencerminkan sebagian hubungan antara posisi
sosioekonomi seseorang sebagai pelanggan dan majikan atau karyawan sekaligus
kesejahteraan sosial, biologis, maupun jiwanya. Ini berarti mereka yang status
sosioekonominya paling rendah, dan paling sulit mendapatkan akses ke layanan
kesehatan. Gerbang menuju sistem layanan kesehatan untuk kebanyakan orang
Amerika adalah dokter keluarga. Kaum takberpunya jarang memiliki dokter
keluarga. Bagi mereka, gerbang menuju sistem layanan kesehatan adalah rung
gawat darurat rumah sakit setempat. Selain mendapatkan akses menuju layanan
kesehatan, pendapatan yang lebih tinggi memungkinkan seseorang untuk memiliki
rumah yang lebih baik, tinggal dipemukiman yang lebih aman, dan menaikkan
peluangnya untuk menerapkan perilaku yang meningkatkan kesehatan.
Dari uraian di atas
jelaslah bahwa hubungan antara sakit dan kemiskinan sangat erat dan saling
mempengaruhi satu sama lain.
Kepustakaan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar